Naskah Sunan Bonang (3)

-tab Ahya ‘Ulumuddin. Lan saking tamhid. Hantukira Sekhuul

Barri. Ham (e) t (e) titika hing sisimpenan. Hing Nabbi wali Mu’min kabeh.

Aksara ka titik di bawah, kalau tidak dipisah dengan aksara lain, dibaca kha. kayak paling atas paling kanan. kalau dipisah, dibaca ha besar.
Ta Murdha.
Ta murdha yang jadi pasangan.
Aksara paling atas-kanas: dirga yang menunjukkan mad thabi’i, dibaca panjang huruf sebelumnya= khuu.
Amtetitika hing sisimpenan.

Asal kata am (e) tetitika adalah petik= memetik= menukil= mengutip.

Kata tersebut sebetulnya bukan bahasa Jawa, tetapi megambil dari Jawanisasi bahasa Melayu= memetik. Jadi, kata kerja memetik diubah oleh Sunan Bonang menjadi ametetitika. Nantinya akan ketemu kata-kata Melayu lainnya.

Ma ditidurkan seperti ini banyak dipergunakan di Purworejo, Magelang, Solo, sebagian Yogya.
Hing Nabbi wali Mu’min. Pada aksara A murdha di dalam kata Mu’min, sehingga A dibaca menjadi ‘ain –> Mu’min.
Naskah Bali-Lombok. Kalau ada ‘ain, dipergunakan aksara A murdha.

Orang Bali-Lombok belajar kata ma’rifat dengan menggunakan aksara A murdha dari Sunan Bonang. Bali-Lombok belajar serapan bahasa Arab dari para wali, dan para wali belajar ke Bali untuk belajar cara penulisan model-model cara Bali. Sunan Bonang juga belajar ke Bali.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s