Badan Perpustakaan dan kearsipan Daerah atau dikenal dengan singkatan Bapusipda. Terakhir, itulah namanya. Pada tahun 2016, berubah menjadi Dispusipda, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah. Sekedar menuliskan kembali kunjungan pada tahun 2015. Semoga salah satu tempat favoritku ini, masih bisa dimanfaatkan.
————————
Pada hari Jumat, 4 Desember 2015, sekitaran jam 07.10, saya mengantar tiga anak ke sekolah dengan langsung melanjutkan perjalanan ke Bapusipda Bandung. Kunjungan pertama dan belum tahu tempatnya. Menyusuri Soekarno Hatta setelah melewati Kircon, yang kata teman, tidak jauh dari belokan seberang Carrefour, di sanalah gedungnya berada. Mengikuti instruksi, tapi tidak segera menemukannya. Ketika diketemukan, bukanlah Bapusipda Kearsipan yang dimaksud, melainkan Perpustakaan khusus buku-buku kuno. Satpam menjawab tanya, bahwa Bapusipda Kearsipan terletak di Kawulayaan, sekitar 1 km dari Perpustakaan Kesundaan. Meluncurlah ke sana, mengejar waktu di hari Jumat yang tersela dengan istirahat kantor pk. 11.00. Tadinya ingin berwisata buku dulu, tapi mengingat hari Jumat dan takut tak cukup panjang waktu untuk mengadakan survey kecil-kecilan dengan pertanyaan yang pun dengan bermodalkan nekad, karena lupa membawa buku catatan Kearsipan Pak Asep, dosen Kearsipan, sebagai petunjuk yang kan menyembuhkan kebutaanku tentang kerarsipan, maka langsung saja menuju Kawaluyaan setelah sempat melarikan motor menuju pintu masuk Perpustakaan Kesundaan. Bolehlah insya Allah jika ada rezekinya, akan kembali lagi ke Perpustakaan Kesundaan ini.
Memasuki Kawaluyaan, pun tak langsung bertemu tujuan utama. Lagi-lagi diberhentikan-Nya di sebuah gedung terhamparnya perbukuan. Godaan belum berhenti tampaknya, namun kali ini tidak seberat yang pertama, karena lebih kepada perpustakaan umum, yang, mungkin buku-bukunya lebih gampang ditemukan dibandingkan Perpustakaan Sunda.
Ke luarlah dari gedung Perpustakaan Umum menuju Gedung Kearsipan. Ketemu satpam, dan ketika ditanya letak Gedung Kearsipan, beliau menunjukkan gedung sebelahnya: Samsat. Hampir saja kuturuti petunjukknya, jika sinyal di hati tidak segera berkerlap kerlip menandakan, “Ada yang salah… ada yang salah…” Hohoho… aku pun memperjelas tanyaku berikut beberapa pemaparan. Satpam pun mengiyakan bahwa gedung yang kumaksud adalah gedung yang tanahnya tengah kami pijak itu. Hanya saja, aku tidak membawa Surat Pengantar dari kampus.
Surat Pengantar sudah kuajukan pada hari Rabu lepas dzuhur jam 12. Kamis dan Jumat tidak ada kuliah di kampus; sementara untuk mengambilnya dulu ke kampus, daerah kampus – Bapusipda berseberangan, sementara hari Jumat, jam kantor istirahat 2 jam sejak jam 11. Tak kuambil di hari Kamis karena sedang menyelesaikan makalah Sosiologi untuk dipresentasikan hari Senin. Ya sutra, akhirnya memutuskan gambling dulu saja ke Bapusipda, sambil berdoa tentunya, diberikan kemudahan untuk survey dan bisa bertanya sependek yang dimampukan-Nya.
Tentu saja tanpa Surat Pengantar, jalan masuk ditutup. Begitulah seharusnya. Begitulah kata Satpam dan seorang ibu yang katanya akan menjadi tempatku konsultasi. Sekedar konsultasi bisa, jika melihat-lihat sampai tempat arsip, tidak bisa.
Dibawalah aku ke sebuah ruangan dengan jumlah orang sekitar lima orang. Ibu yang membawaku ke dalamnya, yang menjanjikan konsultasi, mengoperku ke salah seorang seorang bapak yang ditanyai, dengan pertanyaan pertamaku, “Arsip tentang apa yang terbanyak di sini? Adakah tentang kesejarahan?” yang mungkin remeh, dengan acuh tak acuh keluar dari kantor. Ketika seorang ibu berusia tampaknya lebih muda daripada ibu sebelumnya masuk, lalu ibu pertama memperkenalkanku kepadanya sambil menanyakan pertanyaan pertamaku tadi. Ibu lebih muda itu bertanya-tanya ke para ibu yang ada di dalam ruangan itu, dan mereka menjawab tidak tahu. Lalu ia menelepon, mungkin ke ruangan arsip, mempertanyakan kembali pertanyaanku. Arsip pertanahan dan perairan yang terbanyak, katanya. Kusendiri bingung dengan mau diapakan kedua arsip tersebut? Atau bahasa lainnya; apa atau bagaimana penggunaannya dalam Sejaarah? Maklumlah, masih lieur. Dan bukankah keduanya masuk kepada arsip dinamis? Wanti-wanti Pak Asep, survey nya arsip statis. Seingatku, arsip statis itu adalah arsip yang kegunaannya untuk jangka waktu selamanya; sedangkan arsip dinamis hanya pada suatu waktu, yang, suatu kali bisa dibuang atau diubah gabung menjadi arsip statis. Tergantung nilai kemanfaatannya.
Masih menyimpan bingung, kuberdoa agar Allah membuka hati ibu lebih muda untuk membawaku kepada ruang kearsipan. Tidak tahu doa dikabulkan atau tidak, pastinya beliau mengajakku ke luar sambil berkata, “Hayu kita ke sana saja.” Dengan ajakan sedemikian saja sudah membuat meluluhlantakkan hatiku, terlebih ketika diperkenalkan kepada seorang bapak ‘kuncen’ arsip dinamis. Lalu bapak itu mengajakku ke lt. 4, tempat disimpannya terkait arsip statis. Kuncennya bernama Syamsudin. Arsip statisnya sendiri ada di lt. 3, dipegang oleh Pak Permana. Kutidak sempat mewawancarai Pak Permana, karena sedang olahraga senam sampai jam 11. Disarankan untuk datang lagi setelah jumatan jam 13, tapi aku memutuskan untuk pulang saja dulu, dan kembali lagi setelah Surat Keterangan Penelitian dari Kampus ada di tanganku. Lumayan data yang diperoleh, menurutku, seorang buta baru melek. Setidaknya aku jadi sedikit tahu bagaimana cara menggunakan arsip-arsip sebagai data primer; Jika kita misal ingin meneliti Bandung tahun 1900 tentang Kesejahteraan Warganya, maka kita bisa menggunakan semisal arsip pertanahan, perairan, perekonomian, pemerintahan, politik, kesejahteraan, pendidikan.
Oh iya, hari Senin tanggal 7 Desember 2015 ketika aku akan mengambil Surat Pengantar Penelitian di Bapusipda ke kampus, ternyata TU salah paham sehingga salah menulis jenis surat. Surat yang ditulis adalah keterangan aku masih aktif di kampus. Mereka mengira, aku ingin bikin kartu perpustakaan Bapusipda. Tidak apa-apa… insya Allah bisa bikin lagi dan barangkali saat ini aku lebih membutuhkan data-data dari perpust daripada kearsipan.
Oke, deh, sekarang, hayu ikuti perjalanan penggeledahan…
PINTU MASUK LANTAI 1


LANTAI 4 A: DEPO ARSIP A (Arsip Statis)

Petunjuk Pelaksana Kerja
Pada tiang tembok, dipasang juklak berikut:

Terdiri Dari Beberapa Bagian Ruang, yaitu:
RUANG SORTIR
Penyortiran Berkas yang Masuk
Begitu banyak berkas pelbagai bidang (pemilu, kesehatan, miras, kanker, dll) yang masuk. Oleh Bapusipda Lt. 4 A, disortir sebelum masuk berdasarkan bidangnya. Berkas-berkas yang tidak berguna sehingga patut untuk dibuang menurut Bapusipda, akan diserahkan kembali kepada pengirim untuk dipertimbangkan kemungkinan dibuang/ dimusnahkan ataupun disimpan sendiri. Arsip berupa kepemilikan tanah dan bangunan, disimpan sendiri oleh pemilik bersangkutan.

RUANG SIMPAN ARSIP
Ada beberapa jenis arsip yang disimpan berdasarkan jenisnya, yaitu:
- Arsip Tekstual/arsip kertas/arsip konvensional
- Arsip Kartografik dan Kearsitekturan
- Arsip Media baru, berupa Arsip Gambar, Arsip Citra Bergerak, dan Arsip Rekaman Suara (Audio maupun Audio-Visual)
- Arsip Komputer/ Arsip Elektronik
- Arsip Tekstual


2. Arsip Kartografik dan Kearsitekturan
Peletakan kertas gambr yang benar: dibentangkan di dalam laci atau di atas meja.


- 3. Arsip Media baru
Arsip Media Baru terdiri dari: Arsip Gambar, Arsip Citra Bergerak, dan Arsip Rekaman Suara (Audio maupun Audio-Visual)
Memasuki Ruangan ini tidak boleh lama-lama, karena ruangannya kecil tertutup tanpa jendela, pengawet semprot semacam bahan kamper lebih kuat disemprotkan unuk menghalangi binatang penerat masuk. Pegawai yang masuk, untuk membersihkan racun yang masuk kea lam tubuh, diharuskan meminum susu.
4. Arsip Audio/ Audio- Visual

Arsip Gambar

Arsip Citra Bergerak

Arsip Komputer/ Arsip Elektronik

LANTAI 4B: RUANG DEPO 4B (Arsip Statis)
Terletak berhadapan dengan Ruang Depo 4B. Selain tempat penyimpanan Arsip Tekstual, juga penyimpanan buku inventaris arsip dan bagan arsip yang ditempelkan di tembok.

Dalam ruangan ini, terdapat Bagan Pengklasifikasi Jenis Arsip yang dituliskan di tembok maupun di buku Inventarisir. Berikut Bagan di Tembok:




Buku Inventaris

